Sekilas, jika kita menemukan istilah
berpikir dan bernalar, secara mentah kemungkinan kita akan menganggap bahwa definisi dari keduanya
adalah sama. Dalam pemakaian sehari – hari, kata berpikir sering disamakan
dengan bernalar atau berpikir secara diskursif dan kalkulatif. Kecenderungan ini semakin besar dengan semakin dominannya rasionalitas
ilmiah teknologis atau rasionalitas instrumental. Akan tetapi, menurut
Sudarminta, sesungguhnya berpikir lebih luas dari sekedar bernalar (Basis 05
– 06, 2000 : 54). Seperti dikemukakan oleh Habermas, selain rasionalitas ilmiah
– teknologis, masih ada rasionalitas tindakan komunikatif.
II. ISI
Berfikir adalah suatu kegiatan mental yang melibatkan
kerja otak. Kegiatan berfikir juga melibatkan seluruh pribadi manusia dan juga
melibatkan perasaan dan kehendak manusia. Memikirkan sesuatu berarti
mengarahkan diri pada objek tertentu, menyadari kehadirannya seraya secara
aktif menghadirkannya dalam pikiran kemudian mempunyai gagaan atau wawasan
tentang objek tersebut.
Berfikir juga berarti berjerih – payah
secara mental untuk memahami sesuatu yang dialami atau mencari jalan keluar
dari persoalan yang sedang dihadapi. Dalam berfikir juga termuat kegiatan
meragukan dan memastikan, merancang, menghitung, mengukur, mengevaluasi,
membandingkan, menggolongkan, memilah – milah, atau membedakan, menghubungkan,
menafsirkan, melihat kemungkinan – kemungkinan yang ada, membuat analisis dan sintesis, menalar, atau menarik
kesimpulan dari premis – premis yang ada, menimbang dan memutuskan.
Sedangkan hakekat
dari penalaran adalah suatu proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan yang
bersifat pengetahuan. Akan tetapi tidak semua kegiatan berpikir mendasarkan
diri pada penalaran (Jujun S. Suriasumantri, 2002:43)
Seperti yang kita ketahui bahwa dengan
bernalar kita akan memperoleh kesimpulan yang lurus. Suatu penarikan kesimpulan
baru dianggap sah apabila proses penarikan kesimpulan tersebut
dilakukan menurut cara tertentu yang disebut logika. Logika dapat diartikan
sebagai ilmu kecakapan untuk berpikir lurus. Akan tetapi Drs. Heru Suharto, S.
Fi. mengatakan dalam bukunya yang berjudul Kesesatan-Kesesatan Dalam Penalaran
bahwa untuk sampai pada suatu ketepatan bernalar, terdapat rambu-rambu yang
sangat perlu diperhatikan agar tidak terjadi kesesatan. Jadi dalam menggunakan
logika pun kita harus hati-hati karena apabila logika yang digunakan ternyata
tidak sesuai dengan rambu-rambu kebenaran yang ada, maka kita hanya akan
memperoleh kesimpulan yang salah.
Proses bernalar meliputi beberapa tahap.
Tahapan-tahapan tersebut adalah:
1.Mengerti, tahap dimana seseorang
memahami segala aspek dari objek yang
diamati.
2.Memutuskan, menetapkan kesimpulan
sementara berdasarkan fakta-fakta yang ada.
3.Menyimpulkan, memberikan kesimpulan
yang pasti mengenai objek yang diamati setelah fakta-fakta yang ada di uji
kembali kebenarannya.
III. KESIMPULAN DAN PENUTUP
1. Pada
hakikatnya berikir merupakan ciri utama bagi manusia untuk membedakan antara manusia dan mahkluk lain.
2. Berfikir
juga berarti berjerih – payah secara mental untuk memahami sesuatu yang dialami
atau mencari jalan keluar dari persoalan yang sedang dihadapi.
3. Berfikir
lebih luas dari sekedar bernalar.
4. Berfikir
merupakan daya yang paling utama serta merupakan ciri yang khas yang membedakan
manusia dan hewan. Manusia dapat berfikir karena manusia mempunyai bahasa,
sedangkan hewan tidak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar